Profil Desa Deroduwur

Ketahui informasi secara rinci Desa Deroduwur mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Deroduwur

Tentang Kami

Menjulang tinggi di puncak Mojotengah, Wonosobo, Desa Deroduwur merupakan benteng pertanian kentang. Desa ini dikenal dengan lanskap terasering ekstrem, pemandangan panorama memukau, dan kegigihan petaninya dalam menghadapi tantangan alam.

  • Benteng Pertanian Dataran Tinggi

    Desa Deroduwur ialah salah satu permukiman pertanian tertinggi di kecamatannya, yang secara khusus menjadi pusat budidaya kentang berkualitas di tengah kondisi alam yang ekstrem.

  • Panorama "Negeri di Atas Awan"

    Berkat lokasinya di puncak perbukitan, desa ini menyajikan pemandangan panorama yang spektakuler, memberikannya potensi besar sebagai destinasi agrowisata dan wisata gardu pandang.

  • Resiliensi Komunitas Petani

    Masyarakatnya dikenal memiliki tingkat ketangguhan, solidaritas, dan semangat gotong royong yang sangat tinggi, sebuah karakter yang ditempa oleh kerasnya tantangan alam, termasuk ancaman embun upas (embun beku).

XM Broker
Di barisan perbukitan Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, terdapat sebuah desa yang seolah menyentuh langit. Desa Deroduwur, sesuai dengan namanya yang berarti "Derongi Atas", merupakan salah satu permukiman pertanian tertinggi di wilayahnya. Dari sini, desa-desa di bawahnya tampak seperti permadani hijau yang terhampar, dan tak jarang, gumpalan awan pagi justru berada di bawah ketinggian pijakan para warganya. Ini bukanlah sekadar desa, melainkan sebuah benteng pertanian di garis depan, tempat para petani tangguh berjuang setiap hari melawan terjalnya lereng dan dinginnya suhu untuk menanam kentang, komoditas yang menjadi emas putih dari tanah mereka. Desa Deroduwur ialah sebuah kisah tentang resiliensi, kerja keras, dan keindahan panorama alam yang tersembunyi di atap Mojotengah. Geografi Puncak: Bersemayam di Atap Mojotengah Secara geografis, Desa Deroduwur menempati posisi puncak dalam konstelasi perbukitan di sekitarnya. Luas wilayah desa ini tercatat sekitar 2,82 kilometer persegi. Seluruh lanskapnya didominasi oleh lereng-lereng terjal yang telah diolah menjadi mahakarya terasering (sengkedan) oleh para penduduknya. Berada pada ketinggian yang signifikan, desa ini memiliki temperatur udara yang jauh lebih dingin dibandingkan desa-desa di bawahnya, sebuah kondisi iklim mikro yang sangat spesifik dan menentukan jenis tanaman yang bisa dibudidayakan. Pemandangan dari Desa Deroduwur merupakan aset utamanya yang tak ternilai. Dari titik-titik tertentu, mata dapat memandang bebas ke arah lembah Wonosobo, barisan perbukitan yang berlapis-lapis, hingga siluet gagah Gunung Sumbing dan Sindoro di kejauhan. Keindahan panorama inilah yang memberikan julukan sebagai "negeri di atas awan"-nya Mojotengah. Secara administratif, Desa Deroduwur berbatasan dengan beberapa desa lain. Di sebelah utara dan timur, wilayahnya berbatasan dengan Kecamatan Watumalang. Di sisi selatan berbatasan dengan Desa Derongisor, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Keseneng. Deroduwur dan Derongisor: Kisah Dua Desa Bersaudara Identitas Desa Deroduwur tidak bisa dilepaskan dari "saudara kembarnya", Desa Derongisor (Derongi Bawah). Penamaan dua desa yang didasarkan pada posisi vertikal ("Duwur" untuk atas dan "Sor" untuk bawah) ini merupakan cerminan dari cara pandang masyarakat agraris pegunungan dalam menstrukturkan ruang hidup mereka. Keduanya berbagi akar sejarah dan budaya yang sama, namun memiliki peran dan tantangan yang sedikit berbeda karena perbedaan ketinggian. Jika Derongisor memiliki variasi komoditas yang sedikit lebih beragam, maka Deroduwur lebih terspesialisasi pada tanaman yang paling tahan terhadap suhu dingin. Hubungan antara dua desa ini sangat erat, seringkali terjalin melalui ikatan kekerabatan dan kerja sama dalam hal pemasaran hasil pertanian. Keduanya membentuk sebuah ekosistem sosial-geografis yang unik di lereng pegunungan. Kentang: Emas Putih dari Tanah Para Petarung Ketika berbicara tentang ekonomi Desa Deroduwur, maka fokusnya mengerucut pada satu komoditas utama: kentang. Tanaman umbi ini menjadi andalan mutlak dan sumber kehidupan bagi hampir seluruh penduduk desa. Kondisi tanah gembur dan suhu dingin di Deroduwur merupakan surga bagi pertumbuhan kentang varietas dataran tinggi. Kentang dari desa ini dikenal memiliki kualitas premium, dengan ukuran besar, tekstur padat, dan rasa yang gurih, sehingga sangat diminati oleh pasar. Para petani di Deroduwur bukanlah sekadar penanam, mereka ialah para spesialis kentang. Mereka menguasai berbagai teknik budidaya, mulai dari pemilihan bibit unggul, pengolahan lahan secara manual di medan yang sulit, hingga strategi pemupukan dan pemberantasan hama. Bagi mereka, menanam kentang bukan hanya pekerjaan, melainkan sebuah pertaruhan dan seni bertahan hidup. Hasil panen kentang, yang sering mereka sebut sebagai "emas putih", menjadi penopang utama untuk semua kebutuhan hidup, mulai dari pangan, sandang, hingga biaya pendidikan anak-anak mereka. Ancaman Embun Upas: Bertaruh dengan Alam Sebagai benteng pertanian di ketinggian, tantangan terbesar yang dihadapi petani Deroduwur ialah fenomena alam yang dikenal sebagai embun upas atau embun beku. Pada puncak musim kemarau, biasanya antara bulan Juli hingga September, suhu udara di malam hari bisa turun hingga di bawah titik beku, menyebabkan lapisan es tipis menyelimuti permukaan daun tanaman. Embun upas ini sangat mematikan bagi tanaman hortikultura. Daun-daun yang membeku akan layu dan mengering seperti terbakar begitu terkena sinar matahari pagi, menyebabkan gagal panen total dalam satu malam. Fenomena ini menjadi pertaruhan terbesar bagi para petani setiap tahunnya. Untuk melawannya, mereka telah mengembangkan berbagai strategi mitigasi tradisional, seperti menyalakan api unggun di sekitar ladang untuk menjaga suhu tetap hangat, atau menyiram tanaman dengan air sebelum matahari terbit untuk mencairkan es. Perjuangan melawan embun upas ini merupakan bukti nyata kegigihan dan resiliensi masyarakat Deroduwur dalam beradaptasi dengan alam yang keras. Potensi Tersembunyi: Agrowisata dan Pesona Pemandangan Panorama Di balik kerasnya kehidupan pertanian, Desa Deroduwur menyimpan potensi ekonomi masa depan yang luar biasa di sektor pariwisata. Pemandangan alamnya yang spektakuler merupakan modal utama untuk dikembangkan sebagai destinasi agrowisata dan wisata alam. Bayangkan sebuah gardu pandang yang dibangun di titik tertinggi desa, tempat wisatawan dapat menikmati kopi panas sambil menyaksikan lautan awan di pagi hari atau gemerlap lampu kota Wonosobo di malam hari. Konsep wisata edukasi juga sangat potensial, di mana pengunjung dapat merasakan pengalaman menjadi petani kentang, belajar tentang sistem terasering, dan memahami perjuangan melawan embun upas. Jika dikelola dengan baik oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) atau Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), pariwisata dapat menjadi sumber pendapatan alternatif yang signifikan, mengurangi ketergantungan mutlak pada sektor pertanian yang penuh risiko. Solidaritas di Ketinggian: Nadi Kehidupan Komunitas Lingkungan alam yang ekstrem telah menempa karakter sosial masyarakat Desa Deroduwur menjadi sangat solid dan komunal. Semangat gotong royong atau sambatan bukan lagi sekadar tradisi, melainkan sebuah mekanisme bertahan hidup yang esensial. Warga saling bahu-membahu dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari membuka lahan baru di lereng yang terjal, membantu tetangga saat panen, hingga membangun rumah atau menggelar hajatan. Kelompok-kelompok tani menjadi lembaga sosial paling vital, berfungsi sebagai wadah untuk berbagi sumber daya, pengetahuan, dan menanggung risiko bersama. Solidaritas yang terjalin di ketinggian inilah yang menjadi fondasi kekuatan Desa Deroduwur, memungkinkan mereka untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan menghasilkan produk pangan berkualitas bagi masyarakat luas di bawah sana.